KETAPANG - Alih-alih di aula megah atau ruang rapat resmi, diskusi soal integritas dan kepemimpinan justru bergulir di sebuah kafe sederhana di Ketapang. Di tengah aroma kopi yang mengepul, puluhan anak muda membicarakan masa depan mereka—serius, tapi tetap akrab.
KAMMI Ketapang menggelar Seminar Kepemudaan bertema Membangun Generasi Muda yang Berintegritas dan Berdaya Saing di Caffe Behawe Tiam, Sabtu (20/9/2025).
Sekitar 60 peserta, sebagian besar pelajar dan mahasiswa, memenuhi ruangan yang biasanya lebih ramai oleh cangkir-cangkir kopi.
Di forum itu, Heni Kurniawati, Ketua Akhwat Bergerak Ketapang, mengingatkan pentingnya pemimpin yang berani berkontribusi.
“Banyak pemimpin sekarang susah ditemui, bahkan ke rumahnya pun sulit. Itu tanda pola pikirnya tidak bertumbuh,” ujarnya.
Baginya, kepemimpinan bukan soal keuntungan, melainkan amanah yang harus dijaga.
“Jangan takut memberdayakan orang lain. Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Pemimpin yang baik harus bisa menengahi, bukan berpihak,” kata Heni.
Nada serupa datang dari Ketua IKADI Ketapang, Mustakar. Ia mengajak pemuda menjadikan dakwah sebagai jalan perubahan. Kreativitas dan semangat, katanya, adalah modal untuk menyebarkan nilai Islam lewat berbagai medium, termasuk media sosial.
“Jangan sampai medsos justru dipakai untuk menghina agama,” ujarnya sambil mencontohkan kisah viral: seorang pencari kerja diterima hanya karena terekam kamera sedang memungut sampah dan mematikan lampu di ruang tunggu.
Bagi Mustakar, tantangan pemuda hari ini bukan main: hedonisme, minim ilmu, lingkungan negatif, dan distraksi digital.
Kuncinya, kata dia, adalah upgrade ilmu lewat guru, membangun lingkar pertemanan positif, membuat konten islami, dan memperlihatkan akhlak nyata.
“Pemuda Islam punya teladan hebat: Ali bin Abi Thalib, Mus’ab bin Umair, Ashabul Kahfi. Kita memang beda zaman, tapi bukan berarti berhenti berbuat baik,” ucapnya. (sri)