MALUKU UTARA - Dengan seragam sekolah masih melekat di badan, segerombolan anak di Pulau Morotai, Maluku Utara, terjun ke laut.
Bukan untuk bermain, melainkan menyeberang pulang ke rumah. Rekaman perjuangan mereka mendadak viral dan menyulut perbincangan publik soal akses pendidikan di daerah terpencil.
Video berdurasi singkat itu pertama kali diunggah akun TikTok @desaposiposi.id pada Sabtu, 13 September 2025. “POV: pulang sekolah tidak ada yang jemput,” tulis keterangan di unggahan tersebut.
Adegan yang semula tampak seperti hiburan itu, ternyata potret getir: anak-anak sekolah di pesisir Morotai benar-benar harus berenang menyeberangi laut untuk kembali ke kampung halaman.
Padahal, warga setempat bercerita, sebelumnya para pelajar itu sempat menikmati fasilitas perahu viber sebagai sarana penyeberangan. Sayang, bantuan tersebut tak bertahan lama.
Diduga biaya operasional yang tak sanggup dipikul membuat perahu itu teronggok, tak lagi difungsikan.
Lewat unggahannya, pemilik akun TikTok itu menitipkan harapan agar pemerintah daerah, khususnya Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda, bisa mencari solusi permanen—mulai dari penyediaan transportasi hingga membangun jembatan penyeberangan. Nama akun resmi sang gubernur pun ditandai dalam video tersebut.
Tak lama berselang, Sherly Tjoanda merespons melalui akun Instagram pribadinya. Respons itu justru memantik riuh komentar warganet.
Ada yang mengapresiasi kegigihan anak-anak Morotai, namun banyak pula yang menyesalkan lemahnya perhatian negara terhadap infrastruktur dasar di daerah kepulauan.
Fenomena ini sontak membuka kembali diskusi lama: betapa akses pendidikan di wilayah terpencil masih dibayangi keterbatasan transportasi.
Apa yang dialami anak-anak Morotai, hanyalah secuil dari banyak kisah serupa yang bertebaran di pelosok negeri. (git)