PONTIANAK - Di Pontianak, dakwah tak hanya lewat mimbar. Ustaz Das’ad Latif menemukan pesan hidup dalam kepiting asap: aroma perjuangan, rasa kemandirian.
Usai mengisi ceramah perayaan Maulid Cinta Rasul di Pontianak. Ustaz Das’ad Latif menghadiri undangan dari owner Kepiting Asap Borneo.
Ia disuguhi pengalaman rasa. Dari seorang anak muda, ia mendapat bingkisan tak biasa: Kepiting Asap Borneo.
“Kepitingnya bukan dibakar, tapi diasap. Rasanya enak, saya apresiasi,” ujar Das’ad dengan nada puas, diunggah akun tiktok Kepiting Asap Borneo.
Namun bukan sekadar lezatnya kepiting yang membuat sang ustaz terkesan. Lebih dari itu, semangat si pemberi hadiah—anak muda yang merintis usaha sendiri—menjadi sorotan.
“Masih muda sudah berwirausaha. Semangat seperti ini tidak banyak dimiliki anak muda sekarang. Mereka hanya ingin dapat duit dari orang tuanya,” katanya, menegaskan.
Das’ad lalu menyinggung jejak Rasulullah. Sejak usia 12 tahun, Nabi sudah terbiasa berdagang. Menurutnya, itu teladan yang layak ditiru.
“Saya sendiri sejak SD sudah jualan kue,” kenangnya.
Dari kepiting asap, Ustaz Das’ad menyisipkan dakwah sederhana: jangan menjadi peminta.
“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah,” katanya.
Kepiting boleh habis dimakan, tapi semangat berusaha—itulah yang semestinya terus diasapi dalam diri anak muda. (git)