KETAPANG - Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang menggelar rapat koordinasi lintas sektor bidang pencegahan dan pengendalian penyakit 2025 di Hotel Aston, Kamis (11/9/2025).
Fokus utama pertemuan itu adalah ancaman kanker serviks yang menjadi penyakit mematikan kedua setelah kanker payudara di Indonesia.
Kepala Dinkes Ketapang, dr Feria Kowira, menegaskan deteksi dini kanker serviks harus menjadi prioritas layanan kesehatan tingkat Puskesmas.
Ia menyebut partisipasi masyarakat masih jauh dari target 5.400 perempuan di Ketapang yang seharusnya menjalani pemeriksaan.
“Kanker ini sulit terdeteksi. Jika ketahuan, 50 persen kasus sudah terlambat. Bahkan rekan sejawat sesama tenaga kesehatan tahun lalu dan tahun ini ada yang meninggal,” kata Feria.
Pemateri lain, dr. Thomas, SpOG, menekankan pentingnya pencegahan. Menurut dia, kanker serviks dan kanker payudara bisa dikendalikan bila terdeteksi sejak dini.
“Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Saat pra-kanker, keberhasilan pengobatan mencapai 90 persen. Tapi bila sudah stadium lanjut, angka kesembuhannya tinggal 5–10 persen,” ujarnya.
Ia menjelaskan lebih dari 80 persen kasus kanker serviks berawal dari infeksi saluran reproduksi, terutama akibat Human Papilloma Virus (HPV). Gejala yang umum berupa nyeri panggul dan keputihan encer.
Faktor risiko lain adalah hubungan seksual di usia muda, pasangan seksual lebih dari satu, penggunaan pil KB lebih dari lima tahun, jumlah anak banyak, dan kebiasaan merokok.
Dinkes Ketapang menyediakan layanan deteksi dini secara gratis, mulai dari tes HPV DNA di Labkesda hingga pemeriksaan IVA di Puskesmas. Selain itu, vaksin HPV juga direkomendasikan sebagai langkah pencegahan jangka panjang. (sri)