KETAPANG - Harga murah ternyata bisa jadi mahal taruhannya. Di Kabupaten Ketapang, pada sebuah pasar ikan, daging ikan hiu dijual bebas. Bahkan murah. Yakni Rp 15 ribu per kilogram.
Mungkin, karena daging yang murah inilah, dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, berujung petaka: 25 anak keracunan usai menyantapnya. Diduga dari daging hiu. Saat ini sedang diteliti oleh BPOM.
Awalnya, menu itu tampak menggugah selera. Nasi hangat dengan lauk filet hiu saus tomat, tahu goreng, oseng kol wortel, dan potongan melon. Tapi bukannya menambah tenaga, santapan itu justru membuat 25 anak tumbang.
Kabar keracunan ini cepat menyulut perbincangan di media sosial. Ada yang mempertanyakan rasa, ada pula yang menggugat etika penggunaan hiu.
“Rasanya kayak ikan apa ya?” tulis seorang warganet.
“Hiu termasuk hewan dilindungi nggak sih?” tanya yang lain.
Badan Gizi Nasional (BGN) buru-buru memberi penjelasan. Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, menegaskan pemilihan hiu sebagai menu MBG hanya berlaku di daerah tertentu.
“Kayak hiu misalnya, ternyata di situ memang biasa dihidangkan. Kalau di luar daerah, hiu kan mahal sekali. Tapi di sana banyak,” ujar Nanik di Cibubur, Kamis (25/9/2025).
Pakar kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Dede Nasrullah, menyoroti sisi lain: bahaya kimiawi dalam daging hiu.
“Daging hiu menyimpan sejumlah senyawa berbahaya yang bisa berdampak serius pada kesehatan, terlebih bagi anak-anak,” kata Dede, Sabtu, 27 September 2025.
Menurut dia, kandungan utama yang patut diwaspadai adalah metilmerkuri, zat beracun hasil akumulasi polutan industri laut. Metilmerkuri dikenal sangat aktif secara biologis dan bisa menumpuk dalam tubuh manusia. (git)